Mulai Dengan Kehidupan Baru

Saya sungguh beruntung karena orang tua dan nenek saya termasuk orang yang punya prinsip bahwa pendidikan sangat penting bagi kita.

Saya bersekolah di SD Negeri Benuang yang ada di desa saya hingga kelas 4, kemudian naik ke kelas 5 saya pindah sekolah ke Ibu kota Propinsi Sumatera Selatan yaitu Palembang menyusul adik bapak (oom dan tante ) yang sudah bersekolah di sana.

Sekedar mengingat nama teman-teman satu angkatan di SD Benuang : Elly Santosa ( adik bapak ), Jaerudin (Afen), Habibianto ( Gentos ), Suratmin, Harmada (Mada), Esmanto ( Anto Senal), Domo Yudo Pranoto, Jon cik ikat, Jon ( Adik Untung), Jumawi, Nang Ali, Sam, Tikal, Asmat, Rodi, Anto Meran ( Sosokan), Si Kembar Suradi-Muladi, Marhedi, Roni Paslah Surot, Elan, Ardiman, Sepi-em, Selilin, Asri, Suseli, Amat, Kardik Diyat, Sanik, Tini (bini sukri), Yana (ayuk dolin), Tunima, Artik, Ronghana, Sus (kampai), Partina, Rita Gun, Mela, Karsida, Neti, Rus ( bini magang), Leni Mat Nawi, Eva ( Vivin Arbani), Daya, Yana ( Bini Remi ), Elly Misi, Sulastri, Umi, Anita Rom,Mertin ( maaf kalu ade yang telupe / salah tulis soalnye lah lame nia)

Di Palembang saya sekolah di SD Negeri 329 Palembang dekat dengan tempat tinggal saya yaitu Rumah Susun Blok 4 kelurahan 23 Ilir Palembang .

Disini saya mulai kehidupan baru karena kondisinya sangat berbeda 180 derajat, jika di kampung saya tinggal bersama orang tua sehingga semuanya terima beres dan tidak ada kegiatan belajar di rumah. Tapi di Palembang saya harus mulai belajar hidup mandiri karena sudah jauh dari orang tua sehingga semua dikerjakan sendiri dengan dibantu oleh oom (mamang) dan tante(bibik).

Kondisi di sekolah juga sangat berbeda jauh dibandingkan dengan waktu di kampung, sekolah dikota lebih memberikan motivasi agar kita banyak belajar karena tingkat persaingan dan kesadaran siswa dikota untuk belajar lebih tinggi.

Alhamdulillah meski pindahan dari desa tapi prestasi saya di SD cukup lumayan, hal ini mungkin karena selama didesa saya tidak pernah terpikir untuk belajar tiap hari hanya bermain sedangkan di Palembang karena lokasinya masih asing sehingga jarang bermain diluar rumah dan waktu yang ada dimanfaatkan untuk belajar.

Sekedar Mengingat Teman SD Negeri 329 Palembang : Elly Santosa ( adik bapak ), Suryadi , Nurkholis, Deny, Ari, Anton, Suardi, Achi Vina, Nurlela, Veronica, Anita Theresia, Shinta, Patra Rini, Desi Febrianti, Nurhidayah, Warda, Novianti, Noviyanti ( maaf banyak yang lupa namanya, Cuma ingat wajahnya aja )
Tahun 1991 saya lulus SD dengan prestasi yang lumayan sehingga dapat di terima di SMP Negeri 2 Palembang yang beralamat di kelurahan 24 Ilir Palembang dekat dengan Internasional Plaza yang lebih dikenal dengan sebutan IP ( Sekedar info aja bahwa Pembangunan IP dimulai waktu saya sedang sekolah di SMP ini ) .

Setelah SMP saya juga mulai belajar mengaji sehingga saya punya bekal ilmu agama yang sangat bermanfaat. Tempat Saya belajar ngaji adalah Masjid Sabilillah yang terletak tidak jauh dari tempat tinggal saya di Rumah Susun.

Nama teman-teman di SMP Dulu : Elly Santosa ( adik bapak ), Heriyanto, Wahyu, Sofyan, Ali, Ali shahab, Agus Salim, Agustian Haryandi, Almi Diansyah, Rio, Armen, Dek Yan, Dedy Gusmar, Suandi, Heri, Hilman, Riady, Doni, Faisal, Indra Gunawan (Apuk), Kubil, Supriyanti (Ryan), Kartika Sari, Ellys, Farida ( edo’), Ade Vera Yani, Ba’diah, Nurlaila, Fitri (Bi cek ), Diah Rahmawati, Asba Dewi, Desy (Ada 2 orang ), ( Maaf.. banyak banget nama yang sudah lupa, Cuma ingat wajah aja )
Di SMP pun prestasi saya cukup lumayan sehingga saya bisa lulus pada tahun 1994 dan di terima di SMU Negeri 1 Palembang yang beralamat di Depan Asrama Brimob Bukit Besar Palembang .

Untuk teman-teman di SMU dulu sekarang udah sebagian besar ada di daftar teman di account situs jejaring sosialku "facebook".

Ada Pelajaran berharga yang dapat saya petik dari kehidupan saya diperantauan, Ekonomi keluarga yang pas-pasan membuat saya harus bersekolah dengan biaya yang terbatas. Pengeluaran uang harus benar-benar diperhitungkan dengan matang. Ada kalanya saya harus menahan untuk tidak jajan di sekolah karena ada kebutuhan lain yang lebih mendesak. Di rumah tidak ada TV sehingga harus numpang nonton di rumah tetangga kalo ada acara yang lagi trend.

Walau memprihatinkan, tapi justru kondisi demikian yang banyak memberikan bekal pendidikan kepada saya dalam menjalani hidup dan Alhamdulillah sekarang bisa memetik buah dari perjuangan dengan di terima bekerja, semoga bisa memenuhi harapan dan membanggakan orang tua.

Pengalaman hidup yang menyadarkan saya bahwa hidup kita memang sudah diatur oleh Allah Sang Pencipta.

Saya sempat mengalami kekecewaan dan “protes “ pada Allah Sang Pencipta yang menurut saya tidak adil terhadap kehidupan saya.

Ceritanya, sejak SMP saya sudah bertekad agar dapat melanjutkan ke sekolah kejuruan yang siap kerja. Pada waktu itu pilihannya hanya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK), Sekolah Menengah Farmasi (SMF) dan Sekolah Menengah Analis Kesehatan(SMAK). Waktu itu saya dan adik bapak yang satu SMP berminat masuk SMF atau SMAK tapi yang diterima hanya adik bapak di SMF sedangkan saya tidak diterima karena alasan yang menurut saya kurang adil yaitu kurang tinggi badan.

Sejak saat itu saya kecewa dan “protes” kenapa hidup tidak adil pada saya, akhirnya dengan terpaksa saya masuk ke sekolah umum dan diterima di SMU Negeri 1 Palembang. Padahal saya berminat masuk sekolah kejuruan dengan niat agar setelah tamat bisa langsung kerja sehingga bisa meringankan beban sekaligus membanggakan orang tua.

Tiga tahun berlalu, adik bapak tamat dari Sekolah Menengah Farmasi (SMF) dan langsung kerja di Apotik Rora Palembang sedangkan saya harus berpikir keras untuk melanjutkan ke jenjang kuliah. Akhirnya saya memutuskan untuk kuliah dengan jurusan teknik mesin, dengan harapan apabila selesai kuliah dan saya tidak dapat kerja di kota maka paling tidak saya bisa memanfaatkan ilmu yang saya dapat dengan membuka bengkel dikampung.

Sebenarnya harapan terbesar saya adalah bisa bekerja dikota ( apapun jenis pekerjaannya )karena merupakan hal yang membanggakan bagi orang tua apabila selesai pendidikan kita langsung diterima bekerja di kota apalagi menjadi orang kantoran meskipun dengan gaji yang kecil.

Akhirnya saya ikut UMPTN dengan jurusan yang diambil teknik mesin UNDIP dan UNSRI, disamping itu waktu bagi raport kelulusan ada teman satu kelas namanya Aris Affandi ( sekarang satu instansi dengan saya ) menawarkan agar ikut test peneriamaan Mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara ( STAN ).

Waktu itu saya benar-benar tidak tahu apa itu STAN, setelah mendapat info dari teman bahwa STAN adalah sekolah yang menawarkan ikatan dinas artinya setelah tamat kita akan langsung diterima bekerja di Departemen Keuangan, Kebetulan di Palembang sudah membuka Program Diploma Satu Spesialisasi Pajak sedangkan Diploma Tiga hanya ada di Jakarta namun test dapat diikuti di Palembang.

Menurut teman Sekolah ini hanya satu tahun ( non gelar ) dan syaratnya adalah rata-rata Nilai Evaluasi Murni (NEM ) adalah 6,00.
Di SMU saya termasuk siswa yang tidak pintar sehingga rata-rata NEM hanya 6,01 namun cukup untuk ikut test tersebut .

Akhirnya pada tahun tersebut saya ikut test UMPTN dan STAN Prodip Keuangan.
Selama masa menunggu pengumuman kelulusan, saya menghabiskan waktu di Kampung sambil membantu orang tua yang kebetulan membuka warung manisan.

Waktu berlalu akhirnya masa pengumuman pun tiba,
Pengumuman pertama adalah Kelulusan Hasil UMPTN, Alhamdulillah setelah lihat pengumuman di Koran ternyata saya diterima di Teknik Mesin UNSRI kemudian minggu berikutnya saya berangkat ke Palembang dari kampung halaman untuk melihat pengumuman STAN.

Setelah melihat pengumuman di Balai Diklat Keuangan yang beralamat di Jalan Kol. Atmo Palembang ternyata nama saya juga ada disana alias dinyatakan lulus.

Setelah melalui diskusi panjang dengan orang tua karena orang tua lebih menginginkan saya menempuh kuliah S1 biar ada gelar Sarjana tapi dengan berbagai pertimbangan akhirnya diputuskan bahwa saya cukup ambil Diploma 1 Pajak aja …
Setelah menempuh pendidikan selama satu Tahun akhirnya saya dinyatakann lulus dan di terima jadi pegawai Direktorat Jenderal Pajak dengan penghasilan yang lumayan dan lebih terjamin karena statusnya PNS.

Sejak saat itu saya baru menyadari bahwa semua perjalanan hidup kita memang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, tugas kita hanya berusaha dan berdoa.


0 comments: