Masa Remaja Hingga Menikah

Kehidupan remajaku dimulai pada saat mengenal cinta monyet tepatnya ketika menginjak kelas 1 SMP. Disaat itu sudah mulai ada rasa ketertarikan pada wanita tapi hanya sebatas suka, takut dan malu untuk mengatakannya.

Kondisi psikologis anak sekolah diperkotaan jauh berbeda dengan dipedesaan, bagi warga perkotaan hanya sebagian orang saja yang sudah mengenal proses berpacaran sedangkan bagi warga desa berpacaran diusia SMP adalah hal yang sangat lumrah bahkan wajib karena pada usia ini sudah banyak yang melenggang ke jenjang pernikahan.

Kehidupan remajaku terbagi dalam dua kondisi, jika dikota pada saat sekolah saya total menjadi pelajar yang baik tapi jika saat liburan saya menjalani kehidupan sebagaimana layaknya remaja di pedesaan.

Setiap libur saya pulang kampung, selama dikampung kerja saya cuma kumpul dengan teman-teman khususnya pada malam hari kami keluyuran kadang sampai ke desa tetangga untuk bertualang mencari cinta yang kalo dalam istilah kami “merjake atau marak gadis”.

Selama saya menjalani proses berpacaran, belum pernah saya punya pacar yang berasal dari kampung sendiri hal ini mungkin disebabkan karena saya berpikir kalo punya pacar dikampung sendiri takutnya jika nanti kita tidak cocok dan harus bubaran maka akan menyakitkan perasaan orang kampung sendiri ( atau bisa juga karena memang gak ada yang mau kali ya..  ).

Setelah saya mulai masuk dunia kerja dan sudah bosan untuk hidup membujang akhirnya saya memutuskan untuk menikah.

Alasan saya untuk menikah adalah :
1. Sudah bosan makan nasi bungkus terus
Keputusan untuk menikah saya ambil setelah empat tahun kerja tepatnya tahun 2002 ( masuk kerja tahun 1998 ). Selama kerja di perantauan kehidupan saya bak lirik dalam lagu dangdut “ masak-masak sendiri, makan-makan sendiri, cuci baju sendiri, hidupku sendiri”
Setiap hari saya sarapan pagi diluar ( nasi gemuk, lontong dll ) kemudian siang dan malamnya pergi ke warung padang untuk makan.
Hal inilah yang membuat saya agak bosan dengan masakan padang, bahkan pernah saya hanya makan bakso, mie ayam atau gado2 saja untuk mencari alternative makanan non padang.

2. Sudah bosan nyuci dan setrika sendiri

3. Memikirnya nasib anak kelak jika saya menikah diusia yang sudah berumur alias tua
Saya berpikir jika saya menikah diusia 30 Tahun dan langsung dapat anak maka waktu anak saya berusia 20 Tahun berarti saya sudah berusia 50 tahun yang artinya hampir pensiun, bagaimana nasib anak saya yang kedua dan seterusnya. Syukur kalo anak pertama sudah bekerja diusia 20 tahun.. kalo belum wah bisa repot juga ..

4. Sudah bosan tidur sendiri ( mungkin ini alasan utamanya…  )
Setelah memutuskan untuk menikah, pertanyaannya adalah saya akan menikah dengan siapa ?? karena pada saat itu saya belum punya calon yang masuk kriteria persyaratan.
Akhirnya setelah melalui berbagai pertimbangan saya memutuskan untuk menikah dengan orang yang satu kampung dengan alasan tidak butuh banyak penyesuaian, sudah tahu kondisi keluarga masing-masing dan kalau lebaran gampang mudiknya … 


Masalahnya sekarang saya tidak punya pacar dikampung sendiri, memang ada beberapa gadis yang masuk kriteria tapi mereka hanya sebatas teman satu kampung yang tidak pernah terucap kata suka kepada mereka apalagi berpacaran.

Oh ya .. kriteria pertama bagi saya adalah harus cantik menurut saya …  jelas dong .. saya khan tidak ganteng jadi kalo dapet istri yang tidak cantik .. wahh jadi apa anak saya nanti….  bisa-bisa super jelek … jadi itung-itung ya perbaikan keturunan la…

Kriteria kedua .. dari keluarga baik-baik

Kriteria ketiga … berpendidikan .. biar bisa mendidik anak

Saya tidak berani menetapkan kriteria agama ( walau dalam Islam ini merupakan kriteria utama ) karena saya juga menyadari kondisi keimanan saya juga belum begitu ok… jadi ya cari yang biasa-biasa aja biar bisa belajar bareng soal agama .. yang jelas saya tetap mendambahkna istri yang sholehah yang mau menutup auratnya.

Setelah melalui proses pertimbangan yang matang akhirnya pilihanku jatuh pada bunga desa yang tak lain adalah adik temanku sendiri … teman main, keluyuran dan merjake atau marak gadis.

Akhirnya waktu yang ditunggu tiba .. pada suatu hari saya ada dinas ke Palembang ( waktu itu saya kerja di Jambi sedang sang cewek kuliah di Palembang ).

Kesempatan ini saya manfaatkan untuk mengutarakan maksud hati saya dengan pertimbangan jika tidak sekarang maka waktunya entah kapan lagi ada kesempatan soalnya saya memang jarang ke Palembang ( biasanya 1 Tahun sekali pas lebaran ).

Dengan alasan main ke tempat teman yang tak lain adalah kakak sang cewek, saya mendapatkan kesempatan untuk mengutarakan niat saya.

Karena tidak mau dianggap macem-macem oleh teman sekaligus calon kakak ..  maka sebelum bicara ke sang gadis maka saya bicara dulu ke kakaknya ..
Inilah moment paling menegangkan dalam hidupku …
‘’…harus dimulai darimana,… harus ngomong apa … ??? ya itulah pertanyaan yang ada dibenakku saat itu.

Sambil nonton TV dikontrakan temanku tersebut .. akhirnya dengan membaca basmallah ditambah dengan beberapa surat pendek yang ku hafal .. akhirnya kuberanikan diri untuk mulai bicara ..

Kira-kira seperti inilah ucapan yang keluar dari mulutku (sebenarnya dalam bahas daerah tapi biar gampang dimengerti maka saya translate aja ya ) :

“..Nedi (calon kakak ipar sekaligus teman )… Kamu khan tahu bahwa aku sekarang sudah kerja walau sambil kuliah .. jadi kedepannya tidak ada yang kupikirkan lagi kecuali untuk mencari pendamping hidup … saya ada rencana untuk menjalin hubungan serius dengan Ressy ( adiknya atau istriku sekarang ) … sebenarnya sekarang kami belum ada komitment dan belum tahu apakah ressy mau apa tidak tapi maksud saya ngomong ini adalah minta ijin agar tidak disangka saya main belakang sama teman sendiri … jadi maksud saya kalo kamu menginjinkan maka saya akan ngomong langsung ke Ressy…
Akhirnya dengan nada bingung dan kaget mendengar ucapan saya tadi … maka sang kakak cuma bisa bilang “… ya kalo saya sih terserah ressy ..”

Bagi saya jawaban tersebut adalah tanda persetujuan dan tanpa ragu lagi maka saya temui Ressy kemudian mengatakan maksud hati saya.

Kira-kira seperti inilah ucapan saya :
“ Ressy… saya tadi sudah bicara atau minta ijin sama Nedi … saya bilang bahwa saya bermaksud menjalin hubungan serius dengan kamu … karena saat ini saya sudah kerja jadi tidak ada lagi yang saya cari selain pendamping hidup… saya tidak bermaksud mengajak kamu menikah sekarang karena saya tahu kamu juga lagi kuliah … tapi dengan adanya pembicaraan saya ini maka setidaknya kamu tahu bahwa saya mengharapkan kamu dan bermaksud menjalin hubungan serius …. Nedi sudah menjawab bahwa semuanya terserah Ressy jadi sekarang keputusan ada sama Ressy ..”

Dengan nada bingung dan kaget juga maka saat itu ressy menjawab : “Maaf .. saya belum bisa memutuskan/menjawab sekarang..” ( Diplomatis dan standar jawaban para cewek yang habis ditembak cowok )

Dan saya pun langsung menegaskan bahwa saya tidak butuh jawaban sekarang …
Akhirnya setelah mengungkapkan perasaan, saya kembali ke dekat Neddy yang lagi nonton dan sejak saat itu kami diam tanpa cerita serta larut dalam pikiran masing-masing.

Hari demi hari berlalu dan waktupun terus berjalan .. dan tanpa ada jawaban iya atas pembicaraan sebelumnya tapi kami semakin akrab

Sekedar info aja bahwa dulu kami jika bertemu paling hanya sebatas “say hello” aja tidak pernah bicara secara akrab, hal ini disebakan karena saya juga merasa gak enak sama temanku Nedi .. nanti dikira ada maksud apa2 .. ( pagar makan tanaman istilahnya … )

Singkat cerita ( udah capek ni … ) Setelah Ressy menyelesaikan kuliahnya akhirnya kami sepakat untuk menuju ke jenjang pernikahan.

Akhirnya setelah melalui rangkai tahapan prosesi adat sebelum pernikahan maka pada tanggal 22 Oktober 2002 terjadilah peristiwa bersejarah tersebut yaitu Pernikahan antara Iswadi Idris Bin H.Munir dengan Ressy Ellewati Binti H.M. Kawi